Barang Penunjang Kebutuhan Naik, Pengusaha Merasa Dikeroyok Pemerintah Melalui Kebijakan

1 September 2022, 23:39 WIB
Ilustrasi. Harga penunjang kebutuhan salah satunya seperti Tarif listrik naik. /Maghfur Ghazali /foto/ant

JURNAL SINJAI – Impian para pengusaha untuk ikut memaksimalkan pemulihan ekonomi usai melandainya pandemi Covid-19 tampaknya tidak berjala sesuai dengan kenyataan.

Pasalnya, sejumlah barang yang menjadi penunjang kebutuhan masyarakat dan kegiatan usaha mengalami kenaikan. Mulai dari tarif listrik, sasaran pajak, harga tiket pesawat, dan harga BBM jenis Pertalite dan solar subsidi yang mulai melambung tinggi.

Salah satu usaha pada industri hotel dan restoran mengaku merasakan dampak tersebut. Bahkan saat ini mereka intens membahas bagaimana kesiapan perusahaan mengahadapi kenaikan harga tersebut.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Sulawesi Selatan, Anggiat Sinaga mengatakan bahwa pihaknya merasa dikeroyok oleh pemerintah melalui kebijakan yang menaikan harga barang disaat upaya menggencarkan pemulihan ekonomi.

Baca Juga: Penyalahgunaan Distribusi BBM Subsidi, 28 SPBU di Sulawesi Kena Sanksi Pertamina

"Momentumnya kurang tepat, tiket naik, BBM naik, , (suku bunga) bank. Kondisi BBM naik dan (barang lain) membuat beban usah itu dikeroyok biaya (melalui kebijakan pemerintah) yang sangat naik tinggi sehingga membuat kestabilan usaha penuh tanda tanya sampai kapan bisa bertahan," ujar Anggiat, Rabu (31/8/2022).

Ia menjelaskan bahwa setelah pandemi Covid-19 ini justru menjadi beban untuk menjalankan usaha karena disatu sisi pemerintah ingin lakukan pemulihan ekonomi, tapi disisi lain kebijakan kenaikan harga tak tanggung-tanggung dilakukan.

"Kalau begitu pasar tidak jelas bagaimana dengan kredit karena jujur semua yang main investasi seperti investasi hotel itu pasti ada kreditnya, Claro ada kreditnya Aston pasti ada kreditnya," ucapnya.

"Sekarang kalau dalam kondisi seperti ini margin kami tidak bisa jaga beban bunga juga lagi naik, operasional naik, gaji karyawan juga udah terlanjur naik dan akan naik lagi tahun depan sesuai UMP," sambung dia.

Baca Juga: Sulsel Catat Inflasi 3,38 Persen, Kenaikan Harga Minyak Goreng jadi Pemicu

Kenaikan sejumlah harga barang ini, menurut dia, membuat pengunjung hotel semakin berkurang karena saat ini daya beli masyarakat baru saja bergerak.

"Sehingga orang akan lebih ketat untuk belanja. Kalau ini terjadi maka harga jual kamar akan naik. Harga paket kamar naik, akan memberikan konsekuensi berpotensi tamu akan berpikir ulang. Sementara di sisi lain adalah, spending power (daya beli) masih rendah. Ini akan membuat perhotelan makin terseok-seok lagi," ucapnya.

Imbas yang terjadi nanti, kata dia, perang tarif yang tidak diharapkan oleh para pengusaha. Sebab, dalam kondisi serba susah ini harga tidak bisa diatur lagi. Sehingga semua hotel akan menurunkan harga.

"Perang tarif ini sangat tidak baik untuk kondisi usaha. Karena usaha ini juga ada konsekuensi biaya. Ada gaji karyawan harus dipenuhi. Gaji karyawan tidak mungkin diturunkan. Mana mau karyawan diturunkan gajinya dalam kondisi sekarang, apalagi mereka (karyawan) dua tahun kemarin sudah susah pendapatan, ini mau dikurangi lagi tidak mungkin," tukasnya.

Baca Juga: Inflasi Januari 2022 0,56 Persen, Kenaikan Harga Bahan Makanan jadi Pemicunya

Olehnya itu, GM Hotel Claro Makassar ini berharap agar pemerintah harus sudah kencangkan kegiatan-kegiatan di hotel bila perlu buat aturan dilarang membuat kegiatan di kantor harus diwajibkan di hotel dan restoran.

"Kalau itu ada simbiosis mutualisme, naik biaya tapi banyak kegiatan pada akhir akan seimbang itu, memang agak sedikit ekstrim terlalu tendensius dan terlalu ego saya bicara seperti ini tapi ingat, kalau hotel restoran bergerak ada 101 jenis ekonomi mikro yang bergerak," ucapnya.

"Bisa bayangkan ketika menghadiri acara BNN, ada makanan disana, ada karyawan yang kerja ada UMK bergerak, tiket pesawat datang bergerak taksi bergerak jadi kalau tingkat hotel bertumbuh maka ekonomi akan bertumbuh, kalau pemerintah mau ekonomi bergerak ayo buat kegiatan di hotel," sambung dia.

Terpisah, Sekretaris Apindo Sulsel, Yusran IB Hernald mengatakan bahwa harga BBM jenis Pertalite dan solar subsidi yang baru naik ini akan memberikan dampak besar terhadap masyarakat.

Baca Juga: Dugaan Korupsi Ekspor Minyak Goreng, Kejagung Geledah 10 Lokasi dan Sita 650 Dokumen

"Harga Barang otomatis akan naik bila BBM naik. Yang merasakan dampak paling besar adalah masyarakat karena harga bahan pokok meningkat sehingga akan mempengaruhi daya beli masyarakat," jelasnya.

Ia mengatakan bahwa kenaikan BBM oleh pemerintah ini mengharuskan pengusaha berupaya menyesuaikan harga namun tidak bisa dikendalikan dengan kondisi sekarang

"Ekonomi belum stabil dan daya beli masyarakat sebagai penopang pertumbuhan ekonomi juga baru pulih, tiba-tiba dihadapkan dengan kondisi begini, dilematis," pungkasnya. ***

Editor: Fadli

Tags

Terkini

Terpopuler