Lebih Dari 500.000 Ekor Ternak Babi di NTT Mati Akibat Terpapar Virus ASF

- 8 Februari 2023, 14:21 WIB
Satu di antara babi yang mati akibat virus ASF, dibuang warga di tempat pembuangan sampah sementara di kawasan Penfui, Kota Kupang, NTT akhir Februari 2020.*
Satu di antara babi yang mati akibat virus ASF, dibuang warga di tempat pembuangan sampah sementara di kawasan Penfui, Kota Kupang, NTT akhir Februari 2020.* /ANTARA/ Juventus Beribe

Jurnal Sinjai - Program kemitraan pembangunan Australia Indonesia menyebutkan 500.000 ekor ternak babi di Provinsi Nusa Tenggara Timur mati karena paparan virus African Swine Fever (ASF) sejak pertama kali mewabah di daerah itu pada tahun 2020.

"Pada tahun 2020 penularan cepat virus ASF di NTT mengakibatkan kematian lebih dari 500.000 ekor babi dan kerugian ekonomi yang sangat besar bagi peternak," kata CEO Promoting Rural Incomes through Support for Markets in Agriculture (PRISMA) Nina FitzSimons seperti dilansir Antara News, Selasa, 7 Februari 2023.

Hal itu diungkapkannya saat melakukan penyerahan tiga unit alat diagnostik Loop Mediated Isothermal Amplification (LAMP) untuk deteksi virus African Swine Fever (ASF) atau demam Babi Afrika dari pemerintah Australia senilai Rp1,4 miliar guna mendukung penanganan pencegahan penularan ASF di NTT.

Baca Juga: Demam Babi Afrika Telah Ditemukan di Sembilan Kabupaten di NTT

Nina FitzSimons mengatakan ketiga alat deteksi virus ASF itu untuk mendukung Pemerintah NTT dalam upaya pemulihan sektor peternakan babi di NTT yang merupakan daerah dengan populasi ternak babi terbesar di Indonesia.

Menurut dia ketiga alat senilai Rp1,4 miliar merupakan alat diagnostik Loop Mediated Isothermal Amplification (LAMP) dan reagen terkait yang dikirimkan sebagai bagian dari paket dapat mendeteksi virus ASF pada Babi yang ditempatkan di tiga lokasi yaitu Pulau Flores, Sumba dan Timor.

"Alat ini diharapkan dapat mendukung Pemerintah NTT dalam upaya pemulihan usaha sektor Babi di Provinsi NTT mengingat diagnosis dapat dilakukan lebih cepat, sehingga tindakan pengendalian dapat segera dilakukan," kata Nina FitzSimons.

Baca Juga: Dua Pelajar SMP di Tebet Disiram Cairan Misterius Hingga Alami Iritasi Mata

Dia mengatakan Provinsi NTT memiliki populasi babi terbesar di Indonesia dan pada tahun 2020 penularan cepat virus ASF di NTT mengakibatkan kematian lebih dari 500.000 ekor babi dan kerugian ekonomi yang sangat besar dan saat ini virus Babi Afri kembali terjadi NTT sehingga perlu dilakukan berbagai upaya pencegahan penularan.

Halaman:

Editor: Wahyudi

Sumber: Antara News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x