Network
JURNAL SINJAI - Di tengah memanasnya konflik di Timur Tengah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan kesiapan sektor jasa keuangan nasional untuk menghadapi potensi gejolak.
"Permodalan yang kuat, likuiditas memadai, dan profil risiko terkendali menjadi modal utama kami dalam menghadapi peningkatan tensi geopolitik global," ujar Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi, Aman Santosa dalam keterangannya yang diterima JURNAL SINJAI, Sabtu, 20 April 2024.
Fundamental ekonomi Indonesia yang kokoh, dengan pertumbuhan stabil di kisaran 5%, inflasi terkendali, neraca perdagangan surplus, cadangan devisa melimpah, dan ruang fiskal yang memadai, menjadi fondasi kuat untuk meredam dampak eksternal.
Baca Juga: Hati-hati Penipuan Berkedok Kembaran Entitas Resmi! Satgas PASTI Ingatkan Bahaya Impersonation!
Paparan sektorjasa keuangan terhadap Timur Tengah terbilang kecil. Surat berharga dari Timur Tengah di perbankan hanya mencapai Rp1,3 triliun (0,06% dari total), sedangkan asuransi dan perusahaan pembiayaan tidak memilikinya.
Di pasar saham, kepemilikan investor Timur Tengah sebesar Rp65,73 triliun (2% dari total non-residen). Kepemilikan LJK oleh investor Timur Tengah pun hanya 0,1% dari total aset perbankan.
OJK terus memantau perkembangan pasar dan potensi risiko, termasuk pembiayaan ke sektor yang terpapar konflik. "Kami meminta LJK mengevaluasi portofolionya dan melakukan langkah mitigasi," tegas Mahendra.
Baca Juga: Waspada Pinjaman Online dan Investasi Bodong! Satgas PASTI Kembali Blokir 585 Entitas Ilegal
Koordinasi erat dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dan kesiapan mengeluarkan kebijakan tepat waktu menjadi komitmen OJK untuk menjaga stabilitas sektor jasa keuangan dan melindungi kepentingan masyarakat.***
